CERMIN AKHIR TAHUN
Tak terasa saya berada di ujung tahun 2009.. saya tak persis ingat apa yang telah saya lakukan disepanjang tahun ini. Banyak pengalaman yang di dapat.. Baik suka dan duka. Tak ada perubahan yang berarti. Hari hari datang silih berganti. Tahun ini tak ada bedanya dengan tahun kemarin. Bagi saya sendiri pergantian tahun mengakibatkan usia saya bertambah satu, sekaligus juga berkuranglah jatah umur saya di bumi.
Pernahkah kamu merasakan atau mempunyai dua hari special sekaligus dan membuat kamu malas menghadapinya? Malas bukan berati nggak mau atau ogah-ogahan tapi lebih disebabkan karena harus, mau nggak mau membuat kita berpikir untuk melihat kebelakang secara utuh.
“Apa yang sudah saya lakukan sepanjang tahun ini?”
“Kesalahan kesalahan apa saja yang telah saya buat?”
“Mampulah saya memperbaikinya?”
Yang pertama adalah hari besok. Kita menyebutnya ulang tahun, walau kurang tepat maknanya. Sebab hari itu bukan tahun yang berulang. Lebih pas kita menyebutnya dengan hari jadi. Hari peringatan akan kelahiran.
Di keluarga saya, peringatan hari jadi jarang dilakukan . Bahkan tiap anggota keluarga tak saling mengingat hari istimewa itu .tidak ada yang spesial di hari baik itu. Namun semenjak saya menikah, kami (saya dan adik-adik) jauh dari orangtua, Bapak-Mama mulai menghidupkan kembali untuk mengucapkan “selamat” di hari jadi kami masing-masing. Saat jauh dari orangtua inilah saya mulai merefleksikan hari ini. Biasanya saya berkumpul dengan keluarga saya. Dan acaranya biasanya dilakukan di rumah saja. Saya sangat menyenagi acara ini.
Mari kita lupakan peringatan hari jadi, karena saya masih punya satu lagi hari spesial. Malam tahun baru. Malam yang memisahkan dua almanak. Dua Kalender. Sewaktu memasuki tahun yang baru saya merasa tidak tenang. Saya pasti akan diajak merenung apa saja yang telah diperbuat di tahun yang lama, lalu apa rencana untuk tahun yang baru.
Aneh, saya selalu merasa kurang puas melepaskan tahun yang lama, sebab saya banyak yang seharusnya saya laksanakan masih belum mampu saya wujudkan. Saya juga belum siap memasuki kalender baru dengan tujuan hidup yang baru juga. Tetapi the show must go on, saya pun berusaha berhadapan dengan hari ini membawa rangkaian kata dalam doa untuk mampu masuk dalam tahun yang baru.
Dari refleksi hari kemarin dan rasa ketidak puasan saya, saya wajib dan harus bisa bersyukur. Bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Bersyukur dengan apa yang saya punya. Bersyukur dengan kemalangan yang saya dapat dan alami. Beryukur dengan kehidupan ini.
Bagaimana dengan kamu sekalian?
Adakah rasa syukur di hati?
Bersyukur punya rumah baru? Punya keluarga baru ? Atau beryukur punya selingkuhan baru? he.he.he……
Apapun jenisnya rasa syukur bisa membuat kita menikmati apa yang kita dapat, kesusasahan yang kita rasakan, baik maupun buruk.
Mari kita menyambut tahun yang baru dengan suasana hati dan rencana yang baru pula. Semoga Allah menyertai tiap langkah kita menyongsong hari baru.
Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2009.
Salam,
Theo Roberto
Pernahkah kamu merasakan atau mempunyai dua hari special sekaligus dan membuat kamu malas menghadapinya? Malas bukan berati nggak mau atau ogah-ogahan tapi lebih disebabkan karena harus, mau nggak mau membuat kita berpikir untuk melihat kebelakang secara utuh.
“Apa yang sudah saya lakukan sepanjang tahun ini?”
“Kesalahan kesalahan apa saja yang telah saya buat?”
“Mampulah saya memperbaikinya?”
Yang pertama adalah hari besok. Kita menyebutnya ulang tahun, walau kurang tepat maknanya. Sebab hari itu bukan tahun yang berulang. Lebih pas kita menyebutnya dengan hari jadi. Hari peringatan akan kelahiran.
Di keluarga saya, peringatan hari jadi jarang dilakukan . Bahkan tiap anggota keluarga tak saling mengingat hari istimewa itu .tidak ada yang spesial di hari baik itu. Namun semenjak saya menikah, kami (saya dan adik-adik) jauh dari orangtua, Bapak-Mama mulai menghidupkan kembali untuk mengucapkan “selamat” di hari jadi kami masing-masing. Saat jauh dari orangtua inilah saya mulai merefleksikan hari ini. Biasanya saya berkumpul dengan keluarga saya. Dan acaranya biasanya dilakukan di rumah saja. Saya sangat menyenagi acara ini.
Mari kita lupakan peringatan hari jadi, karena saya masih punya satu lagi hari spesial. Malam tahun baru. Malam yang memisahkan dua almanak. Dua Kalender. Sewaktu memasuki tahun yang baru saya merasa tidak tenang. Saya pasti akan diajak merenung apa saja yang telah diperbuat di tahun yang lama, lalu apa rencana untuk tahun yang baru.
Aneh, saya selalu merasa kurang puas melepaskan tahun yang lama, sebab saya banyak yang seharusnya saya laksanakan masih belum mampu saya wujudkan. Saya juga belum siap memasuki kalender baru dengan tujuan hidup yang baru juga. Tetapi the show must go on, saya pun berusaha berhadapan dengan hari ini membawa rangkaian kata dalam doa untuk mampu masuk dalam tahun yang baru.
Dari refleksi hari kemarin dan rasa ketidak puasan saya, saya wajib dan harus bisa bersyukur. Bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Bersyukur dengan apa yang saya punya. Bersyukur dengan kemalangan yang saya dapat dan alami. Beryukur dengan kehidupan ini.
Bagaimana dengan kamu sekalian?
Adakah rasa syukur di hati?
Bersyukur punya rumah baru? Punya keluarga baru ? Atau beryukur punya selingkuhan baru? he.he.he……
Apapun jenisnya rasa syukur bisa membuat kita menikmati apa yang kita dapat, kesusasahan yang kita rasakan, baik maupun buruk.
Mari kita menyambut tahun yang baru dengan suasana hati dan rencana yang baru pula. Semoga Allah menyertai tiap langkah kita menyongsong hari baru.
Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2009.
Salam,
Theo Roberto
0 komentar:
Posting Komentar
Anda punya pendapat lain? Silahkan ceritakan disini...